Rukun Doktrin Dan Penjelasannya

Rukun Iman dan Penjelasannya Segala sesuatu mempunyai rukun (hal pokok) yang mendasari hal tersebut. Begitu juga dengan keimanan, maka ia juga mempunyai pokok-pokok yang menjadi asas atas bagian-bagiannya. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa rukun iktikad ada enam yaitu: iktikad kepada Allah, malaikat, kitab-kitabNya, para rasul, hari simpulan dan iktikad pada takdir.
Dalilnya ialah firman Allah ta’ala,

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi …” (QS Al Baqarah: 177).

Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda dalam sebuah hadist ketika menjawab pertanyaan Jibril‘alaihissalam perihal keimanan, Keimanan ialah engkau beriman kepada Allah, dan para malaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan para rasulNya, dan hari akhir, dan engkau beriman pada takdir baik yang baik maupun yang jelek [HR Muslim dari sahabat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu].


Pengertian Rukun Iman


Kata "rukun" didalam rukun iktikad ialah asas, landasan atau dasar. Artinya ialah 6 hal yang disebutkan didalam rukun iktikad ialah dasar dan landasan utama dalam beragama. Tanpa ke enam hal ini maka kita belum tepat beragama islam. Kenapa demikian ? Karena semua rukun islam ini saling berkaitan. Jika kita mempercayai Alloh maka kita wajib mempercayai rosul, dan sebaliknya. Seperti yang difirmankan Alloh dalam surat Annisa ayat ke 59 yang berbunyi: "'Ati'ulloha Wa 'Ati'urrosuula..." yang berarti: "Ikutilah Alloh dan ikutilah Rosul...". Dari ayat tersebut sanggup kita ambil maknanya bahwa kita tidak sanggup mempercayai salah satu, misalkan hanya mempercayai alloh saja, tetapi tidak mempercayai rosul, atau sebaliknya. Kesimpulannya ialah jikalau kita mengaku beriman kepada Alloh, imani lah (percaya) juga Rosululloh dan ikuti setiap perintahnya, serta beriman lah juga kepada setiap rukun yang ada didalam rukun iktikad supaya islam kita sempurna.

"Iman" berdasarkan bahasa ialah percaya atau membenarkan. Sedangkan iktikad berdasarkan istilah syar'i yaitu Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melaksanakan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.
Jika kita hubungkan keduanya, maka arti dari rukun iktikad ialah dasar-dasar atau landasan yang harus diyakini didalam hati setiap muslim, dan dibuktikan didalam verbal serta perbuatannya sehari-hari. Wallohu a'lam bisshawab.

Rukun Iman Ada 6 :
Iman kepada ALLAH
Iman kepada Malaikat-malikat ALLAH
Iman Kepada Kitab-kitab ALLAH
Iman Kepada Rasul-rasul ALLAH
Iman kepada hari Kiamat
Iman kepada Qada dan Qadar
Berikut klarifikasi ringkas mengenai keenam rukun iktikad ini:

1. Iman kepada Allah.

Tidaklah seseorang dikatakan beriman kepada Allah sampai ia mengimani 4 perkara:
a. Mengimani adanya Allah Ta’ala.
b. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
c. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
d. Mengimani semua nama dan sifat Allah yang Allah telah menetapkan untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam menetapkan untuk Allah, serta menjauhi ta’thil, tahrif, takyif, dan tamtsil.

2. Iman kepada para malaikat Allah.


Maksudnya kita wajib membenarkan bahwa para malaikat itu ada wujudnya dimana Allah Ta’ala membuat mereka dari cahaya. Mereka ialah makhluk dan hamba Allah yang selalu patuh dan beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

*وَلَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ عِندَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ


يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ

“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa arogan untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya`: 19-20)
Kita wajib mengimani secara rinci setiap malaikat yang kita ketahui namanya ibarat Jibril, Mikail, dan Israfil. Adapun yang kita tidak ketahui namanya maka kita mengimani mereka secara global. Di antara bentuk beriman kepada mereka ialah mengimani setiap kiprah dan amalan mereka yang tersebut dalam Al-Qur`an dan hadits yang shahih, ibarat mengantar wahyu, menurunkan hujan, mencabut nyawa, dan seterusnya.


3. Iman kepada kitab-kitab Allah.

Yaitu kita mengimani bahwa seluruh kitab Allah ialah kalam-Nya, dan kalamullah bukanlah makhluk alasannya ialah kalam merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk.

Kita juga wajib mengimani secara terperinci semua kitab yang namanya disebutkan dalam Al-Qur`an ibarat taurat, injil, zabur, suhuf Ibrahim, dan suhuf Musa. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimani secara global bahwa Allah Ta’ala mempunyai kitab lain selain daripada yang diterangkan kepada kita. Secara khusus perihal Al-Qur`an, kita wajib mengimani bahwa ia merupakan penghapus aturan dari semua kitab suci yang turun sebelumnya. Allah berfirman, :
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan kerikil ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.”(QS al Ma’idah: 48)

4. Iman kepada para nabi dan rasul Allah.


Yaitu mengimani bahwa ada di antara pria dari kalangan insan yang Allah Ta’ala pilih sebagai mediator antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan insan biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul ialah kebatilan yang nyata.
Wajib mengimani bahwa semua wahyu nabi dan rasul itu ialah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Karenanya siapa saja yang mendustakan kenabian salah seorang di antara mereka maka sama saja ia telah mendustakan seluruh nabi lainnya. Karenanya Allah Ta’ala mengkafirkan Yahudi dan Nashrani tatkala tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan Allah mendustakan keimanan mereka kepada Musa dan Isa alaihimassalam, alasannya ialah mereka tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Juga wajib mengimani secara terperinci setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita wajib mengimaninya secara global. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً

“Sesungguhnya Kami telah memperlihatkan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memperlihatkan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memperlihatkan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS an Nisa: 163)

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Mu'min: 78)

5. Iman kepada hari akhir.

Dikatakan hari simpulan alasannya ialah ia ialah hari terakhir bagi dunia ini, tidak ada lagi hari keesokan harinya. Hari simpulan ialah hari dimana Allah Ta’ala mewafatkan seluruh makhluk yang masih hidup ketika itu -kecuali yang Allah perkecualikan-, kemudian mereka semua dibangkitkan untuk mempertanggung jawabkan amalan mereka. Allah Ta’ala berfirman:

بَلْ مَتَّعْنَا هَؤُلاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ أَفَلا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَاأَفَهُمُ الْغَالِبُونَ
“Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya, akad dari Kami, sesungguhnya Kami niscaya akan melakukannya.” (QS. Al-Anbiya`: 104)

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman sampai mereka mengakibatkan kau hakim terhadap masalah yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kau berikan, dan mereka mendapatkan dengan sepenuhnya.” (an Nisa: 65)

Ini makna hari simpulan secara khusus, walaupun sebenarnya beriman kepada simpulan itu meliputi 3 perkara, dimana siapa saja yang mengingkari salah satunya maka hakikatnya ia tidak beriman kepada hari akhir. Ketiga masalah itu adalah:
a. Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh -yaitu alam di antara dunia dan akhirat- berupa fitnah kubur oleh 2 malaikat, nikmat kubur bagi yang lulus dari fitnah, dan siksa kubur bagi yang tidak selamat darinya.
b. Mengimani gejala hari kiamat, baik gejala kecil yang jumlahnya puluhan, maupun gejala besar yang para ulama sebutkan jumlahnya ada 10. Di antaranya: Munculnya Imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa alaihissalam, keluarnya Ya`juj dan Ma`jun, dan seterusnya sampai terbitnya matahari dari sebelah barat.
c. Mengimani semua yang terjadi sesudah kebangkitan. Dan kejadian ini kalau mau diruntut sebagai berikut: Kebangkitan kemudian berdiri di padang mahsyar, kemudian telaga, kemudian hisab (tanya jawab dan pembagian kitab), mizan (penimbangan amalan), sirath, neraka, qintharah (titian kedua sesudah shirath), dan terakhir surga.

6. Beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.

Maksudnya kita wajib mengimani bahwa semua yang Allah takdirkan, apakah kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Beriman kepada takdir Allah tidak teranggap tepat sampai mengimani 4 perkara:
a. Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengimani segala sesuatu kejadian, yang baik maupun yang buruk. Bahwa Allah mengetahui semua kejadian yang telah berlalu, yang sedang terjadi, yang belum terjadi, dan semua kejadian yang tidak jadi terjadi seandainya terjadi maka Allah tahu bagaimana terjadinya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Agar kau mengetahui sebenarnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12)
b. Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan semua takdir makhluk di lauh al-mahfuzh, 50.000 tahun sebelum Dia membuat langit dan bumi.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiallahu anhuma ia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah telah menuliskan takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah membuat langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 4797)
c. Mengimani bahwa tidak ada satupun gerakan dan diamnya makhluk di langit, di bumi, dan di seluruh alam semesta kecuali semua gres terjadi sesudah Allah menghendaki. Tidaklah makhluk bergerak kecuali dengan kehendak dan izin-Nya, sebagaimana tidaklah mereka membisu dan tidak bergerak kecuali sesudah ada kehendak dan izin dari-Nya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan kau tidak sanggup menghendaki (mengerjakan sesuatu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)
d. Mengimani bahwa seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat mereka beserta seluruh sifat dan perbuatan mereka ialah makhluk ciptaan Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Allah membuat segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62)

Demikan Artikel Singkat mengenai Rukun Iman semoga bermanfaat dan mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangannya....
Sumber http://www.teoripendidikan.com/

0 Response to "Rukun Doktrin Dan Penjelasannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel