Contoh Makalah Pendididkan Agama Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, lantaran itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, lantaran merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana perjuangan yang dilakukan membantu siswa dalam menyebarkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik sanggup menentukan dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran, dan alat penilaian pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melaksanakan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang sempurna guna. Oleh lantaran itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Dalam makalah ini akan dibahas kurikulum pendidikan Islam secara mendalam.
B.  Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian kurikulum pendidikan Islam?
2.   Apa saja komponen dalam kurikulum pendidikan Islam?
3.   Apa prinsip-prinsip penyusunan kurikulum pendidikan Islam?
4.   Apa orientasi kurikulum pendidikan Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari, atau curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya dipakai dalam dunia olahraga yang berarti suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan, member pengertian sebagai suatu bulat pengajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.
Kurikulum ialah planning atau bahasan pengajaran , sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi terang dan terang[1]. Zakiah Darajat memandang kurikulum sebagai suatu agenda yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan itu. Kurikulum juga bisa diistilahkan dengan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dalam mengubah tingkah laris mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.[2]
Kurikulum pendidikan Islam ialah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam ialah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam.[3]
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk menyebarkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku mereka. Selain itu, kurikulum juga sanggup dipandang sebagai suatu agenda pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.
B.                 Prinsip-prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip yang sanggup mewarnai kurikulum pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut:
1.                  Prinsip berasaskan Islam, termasuk anutan dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus berdasarkan pada agama dan etika Islam.
2.  Prinsip mengarah kepada tujuan ialah seluruh acara dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
3.  Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan acara yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.
4.  Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup akseptor didik, relevansi dengan kehidupan masa kini dan akan dating, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
5. Prinsip fleksibilitas, ialah terdapat ruang gerak yang menawarkan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibelitas pemilihan agenda pendidikan maupun dalam menyebarkan agenda pengajaran.
6. Prinsip integritas, ialah kurikulum tersebut sanggup menghasilkan insan seutuhnya, insan yang bisa menintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta insan yang sanggup menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
7.                  Prinsip efisiensi, ialah biar kurikulum sanggup mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai, dan sanggup memenuhi harapan.
8.                  Prinsip kontinuitas dan kemitraan ialah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bab yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara vertikal (perjenjangan, tahapan) maupun secara horizontal.
9.Prinsip individualitas ialah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada umumnya yang mencakup seluruh aspek langsung anak didik, menyerupai perbedaan jasmani, watak, inteligensi, talenta serta kelebihan dan kekurangannya.
10. Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan, dan demokratis ialah bagaimana kurikulum sanggup memberdayakan semua akseptor didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang sangat diutamakan. Seluruh akseptor didik dari banyak sekali kelompok menyerupai kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan pertolongan khusus, berbakat, dan unggul berhak mendapatkan pendidikan yang sempurna sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
11.Prinsip kedinamisan, ialah biar kurikulum tidak statis, tetapi sanggup mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial.
12. Prinsip keseimbangan, ialah bagaimana kurikulum sanggup menyebarkan perilaku potensi akseptor didik secara harmonis.
13. Prinsip efektivitas, ialah biar kurikulum sanggup menunjang efektivitas guru yang mengajar dan akseptor didik yang belajar.

C.Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen : 1) tujuan ; 2) isi; 3) metode atau proses berguru mengajar, dan 4) evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum diatas sesungguhnya saling terkait, bahkan masing masing merupakan bab integral dari kurikulum tersebut.
Sedangkan komponen kurikulum berdasarkan Ramayulis meliputi:
1.                  Tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan sementara. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seorang pendidik harus pula sanggup merumuskan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: kompetensi lulusan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar.
Setiap tujuan tersebut minimal ada tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam pendidikan Islam, domain afektif lebih utama dari yang lainnya.
2.                  Isi Kurikulum
Berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Materi tersebut disusun ke dalam silabus, dan dalam mengaplikasikannya dicantumkan pula dalam satuan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran.
3.                  Media (Sarana dan Prasarana)
Media sebagai sarana mediator dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi kurikulum biar lebih gampang dipahami oleh akseptor didik. Media tersebut berupa benda (materiil) dan bukan benda (non-materiil).
4.                  Strategi
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar yang digunakan. Dalam seni manajemen termasuk juga komponen penunjang lainnya seperti: sistem administrasi, pelayanan BK, remedial, pengayaan, dan senbagainya.
5.                  Proses Pembelajaran
Komponen ini sangat penting, lantaran diperlukan melalui proses pembelajaran akan terjadi perubahan tingkah laris pada diri akseptor didik sebagai indicator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh lantaran itu, dalam proses pembelajaran dituntut sarana pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong kreativitas akseptor didik.
6.                  Evaluasi
Dengan penilaian (penilaian) sanggup diketahui cara pencapaian tujuan.

D.                Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya sanggup dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada akseptor didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[6]
1.                  Orientasi Pelestarian Nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban insan sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum selanjutnya ialah membuat situasi-situasi dan agenda tertentu untuk tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut.
2.                  Orientasi pada Kebutuhan Sosial
Masyarakat yang maju ialah masyarakat yang ditandai oleh munculnya banyak sekali peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal ini Karena kehidupan ialah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada kehidupan.
Orientasi kurikulum ialah bagaimana menawarkan bantuan positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di forum pendidikan bisa menjawab dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
3.                  Orientasi pada Tenaga Kerja
Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur prosedur jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, contohnya makan minum, bertempat tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan  kebutuhan yang layak ialah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan sanggup menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini lantaran dunia kerja terpelajar balig cukup akal ini semakin banyak saingan, dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan lapangan kerja.
Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja. Hal ini ditujukan sesudah keluar dari forum sekolah, akseptor didik mempunyai kemampuan dan keterampilan yang profesional, berproduktif dan kreatif, bisa mendayagunakan sumber daya alam, sumber daya diri dan sumber daya situasi yang mempengaruhinya.
4.                  Orientasi pada Peserta Didik
Orientasi ini menawarkan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan akseptor didik yang diadaptasi dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya, serta kebutuhan akseptor didik. Orientasi ini diarahkan kepada training tiga dimensi akseptor didiknya.
a.                   Dimensi kepribadian sebagai manusia, yaitu kemampuan untuk menjaga integritas antara sikap, tingkah laku, etiket, dan moralitas.
b.                  Dimensi produktivitas yang menyangkut apa yang dihasilkan anak didik dalam jumlah yang lebih banyak, kualitas yang lebih baik sesudah ia menamatkan pendidikannya.
c.                   Dimensi kreativitas yang menyangkut kemampuan anak didik untuk berpikir dan berbuat, membuat sesuatu yang mempunyai kegunaan bagi diri sendiri dan masyarakat.
5.                  Orientasi pada Masa Depan Pekembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan terpelajar balig cukup akal ini tidak lepas dari keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana hingga kehidupan dan peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, persoalan yang rumit menjadi lebih mudah, persoalan yang tidak mempunyai kegunaan menjadi lebih berguna, persoalan yang using dan kemudian dibumbui dengan produk IPTEK menjadi lebih menarik.

 
BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Kurikulum pendidikan Islam ialah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam ialah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam.
Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen: tujuan, isi, metode atau proses berguru mengajar, dan  evaluasi. Sedangkan berdasarkan Ramayulis (2008: 153-154) komponen kurikulum meliputi: tujuan yang ingin dicapai, isi kurikulum, media, strategi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
Dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip: berasaskan Islam, mengarah kepada tujuan, integritas antar mata pelajaran, relevansi, fleksibilitas, integritas, efisiensi, kontinuitas, individualitas, kesamaan memperoleh kesempatan, kedinamisan, keseimbangan, dan efektivitas.
Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya sanggup dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada akseptor didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
B.                 Saran
1.                  Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, oleh lantaran itu sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulu serta beruhasa mengembangkannya.
2.                  Dalam penyusunan kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinip yang sanggup mewarnai kurikulum pendidikan Islam sebagaimana  telah disebutkan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Abd, Aziz. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Abuddin, Nata. 2010.  Ilmu Pendidikan Islam.  Jakarta: Kencana Prenada Media.
https://kurikulumpedia.blogspot.com//search?q=kurikulum-pendidikan-islam
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Kurnia. Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam,  (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2010),  hlm. 121.
Aziz Abd, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009),  hlm. 156.
https://kurikulumpedia.blogspot.com//search?q=kurikulum-pendidikan-islam
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Kurnia, 2008), hlm. 161-162.
Ibid. hlm. 153-154.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), hlm. 135.
Sumber http://www.teoripendidikan.com/

0 Response to "Contoh Makalah Pendididkan Agama Islam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel