Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli Sosiologi

Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli Sosiologi| Mudik bukanlah tradisi asing bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Menjelang hari raya, ketika sekolah dan tempat kerja memasuki hari libur, orang berbondong-bondong menuju terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan, atau bandar udara. Semua ingin mudik. Bayangan kebahagiaan berkumpul di hari raya bersama handai taulan mendorong mereka untuk ingin segera sampai di rumah. Berdesakan dengan calon penumpang lain dan berebut tiket kendaraan mereka lakukan asal bisa sampai ke tempat tujuan.

Mereka yang membawa kendaraan sendiri rela beriringan dalam deretan panjang yang melelahkan. Inilah upaya yang berat tetapi tidak dipusingkan oleh para pemudik. Setiba di kampung, segala kepenatan akan hilang. Yang ada hanyalah rasa bahagia. Pada saat mudik, terjadilah perpindahan massa yang sangat besar. Para pemudik bergerak dari kota tempat ia mencari nafkah menuju ke tempat asalnya.

Di tempat asal, mereka mengenalkan budaya kota kepada sanak kerabatnya. Kontak budaya yang terjadi memungkinkan diadopsinya berbagai bentuk budaya baru. Kehidupan di tempat asal pelan-pelan berubah dengan adanya budaya baru yang datang dari kota.

Mudik merupakan fenomena sosial yang dapat dikaji dari sudut pandang sosiologi. Mengapa orang berbondong-bondong pulang kampong saat menjelang hari raya? Apakah yang mendorong para pemudik mau bersusah payah kembali ke tempat asalnya? Bagaimana upaya mereka agar dapat sampai ke kampung halaman? Supaya dapat menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kalian pahami pengertian sosiologi.

1. Pengertian Sosiologi

Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu ”socius” dan ”logos”.Socius artinya teman, dan logos artinya berbicara, mengajar, atau ilmu. Jadi, secara etimologis sosiologi berarti ilmu tentang teman.
Dalam hal ini, teman dapat diartikan sebagai kawan atau lawan. Umpamanya, seorang pesaing dalam lomba matematika, juga termasuk socius. Dengan demikian, sosiologi mempunyai lingkup yang lebih luas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau masyarakat.

Sosiologi sebagai ilmu lahir pada abad XIX. Pelopornya seorang ahli filsafat Prancis bernama Auguste Comte (1798–1857). Dalam karyanya yang berjudul Course of Positive Phylosophy (1844), Auguste Comte menyebut kajian tentang kehidupan sosial manusia dengan kata sosiologi. Bangsa Barat memberinya gelar Bapak Sosiologi Modern.

Karena manusia yang menjadi objek kajian sosiologi itu bersifat dinamis, maka para pemikir dapat meninjaunya dari berbagai sudut pandang. 

Peter L. Berger mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Mari kita simak definisi lain yang diajukan Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964). Beliau berdua membatasi pengertian sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Sedangkan Pitirim A. Sorokin seperti dikutip oleh Soerjono Soekanton (1989) menjelaskan bahwa sosiologi adalah:

  • Hubungan maupun pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial. Contoh: pengaruh iklim terhadap watak manusia, dan lain-lain.
  • Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala atau fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat.
  • Hubungan maupun pengaruh timbal balik antara berbagai gejala sosial. Contoh: gejala ekonomi dengan agama, hukum dengan ekonomi, dan lain-lain.


2. Karakteristik Sosiologi

Setiap ilmu mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga sosiologi. Menurut Harry M. Johnson seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto (1989), karakteristik keilmuan sosiologi itu sebagai berikut.
  • Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi itu mendasarkan diri pada observasi dan penalaran, bukan atas dasar wahyu atau hasil spekulasi.
  • Sosiologi bersifat teoretis, artinya sosiologi berusaha member ikhtisar (summary) yang menunjukkan hubungan pernyataan atau proposisi-proposisi secara logis.
  • Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibangun atas dasar teori yang sudah ada. Teori-teori baru yang lebih benar dan lebih luas, pada dasarnya merupakan penyempurnaan teoriteori yang sudah ada.
  • Sosiologi nonetis, artinya sosiologi bukan ajaran tentang tata susila. Para sosiolog tidak membicarakan apakah suatu tingkah laku sosial itu baik atau buruk. Tugas seorang sosiolog adalah mengungkap atau menerangkan tindakan sosial sebagai fakta sosial.

Cabang-Cabang Sosiologi

Sosiologi dipandang sangat penting dan efektif dalam mencari, menemukan, dan menjelaskan gejala-gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Muncullah cabang-cabang sosiologi yang lahir dari proses
saling mengisi antara sosiologi dengan ilmu-ilmu lain.

Beberapa cabang sosiologi antara lain sebagai berikut.
  • Sosiologi politik
  • Sosiologi hukum
  • Sosiologi pendidikan
  • Sosiologi agama
  • Sosiologi keluarga
  • Sosiologi kesenian
  • Sosiologi ekonomi

Dalam perkembangan mutakhir muncul cabang-cabang baru sosiologi, yaitu sosiologi budaya, sosiologi industri, sosiologi masyarakat perkotaan, sosiologi masyarakat pedesaan, sosiologi pariwisata, dan sosiologi pembangunan. Mengingat sosiologi dapat saling mengisi dengan ilmu-ilmu lain, maka dimungkinkan munculnya cabang-cabang baru sosiologi.

Pembahasan “Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli Sosiologi” ini dikutip dengan beberapa penyesuaian dari BSE Sosiologi Kelas X untuk SMA/MA, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional oleh: Joko Sri Sukardi dan Arif Rohman

0 Response to "Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli Sosiologi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel